Meskiusia beliau-beliau tak lagi muda, tapi semangat untuk menikmati Gunung Bromo tak bias dikalahkan dengan usia muda. Hari yang telah ditentukan telah tiba, dan supir yang kami tugaskan-pun sudah stanby di Stasiun Gubeng Surabaya. Sebelum menuju Gunung Bromo, mama-mama kece tersebut berkunjung terlebih dahulu ke Pelabuhan Tanjung Priok, Surabaya. Pada tulisan kali ini saya akan menceritakan liburan saya di Gunung Bromo. Gunung Bromo adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Cerita ini diawali dari keberangkatan kami sekeluarga dari Bogor. Kami berencana berlibur di daerah Malang dan mengunjungi berbagai objek wisata di Malang. Salah satu objek wisata tersebut yang menurut saya paling berkesan adalah Gunung Bromo. Kami menempuh perjalanan darat menggunakan sebuah mobil yang cocok untuk berjalan di daerah pegunungan. Perjalanan yang kami tempuh dari Bogor menuju Malang tidaklah sebentar. Butuh waktu sekitar 2 hari untuk sampai di Malang. Walaupun perjalanannya sangat lama, tapi perjalanan itulah yang membuat luburan menjadi menarik. Kami sampai di Malang pada malam hari. Kami langsung mencari sebuah Homestay untuk tempat kami menginap di daerah kaki Gunung Bromo. Kami menginap di Homestay karena semua kamar hotel di daerah Gunung Bromo telah habis. Jalanan di kaki Gunung Bromo pada malam hari sangat menyeramkan. Suasananya gelap sekali. Setelah mendapatkan Homestay, kami langsung menurunkan barang dari mobil lalu beristirahat karena kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melihat sunrise. Pagi harinya, sekitar 1 jam sebelum matahari terbit, kami langsung berangkat ke sebuah tempat yang paling tepat untuk melihat matahari terbit. Kami menuju tempat tersebut menggunakan sebuah mobil jeep yang kami sewa karena medan lintasannya yang sedikit berbahaya. Sesampainya di lokasi, saya sangat terkejut karena disana telah banyak orang. Rupanya kami bangun kurang pagi. Pada akhirnya, kami dapat melihat matahari terbit dengan sangat jelas karena ketinggian lokasinya sudah di atas awan. Setelah puas melihat matahari terbit, kami langsung menuju ke kawah raksasa Gunung Bromo. Kawah tersebut kelihatan seperti lautan pasir. Ada beberapa orang berjualan makanan dan minuman disana. Di kawah tersebut, kami lalu menunggang kuda untuk menuju ke sebuah kawah yang lebih kecil yang masih mengeluarkan asap. Kuda yang saya tunggangi hampir saja mengamuk. Saya hampir jatuh karena hal tersebut. Kawah kecil tersebut sangat tinggi sehingga kami harus menaiki tangga untuk melihat ke dalam kawah tersebut. Selanjutnya, kami kembali lagi menuju Homestay untuk mandi pagi dan sarapan. Setelah mandi dan sarapan, kami membereskan barang-barang kami dan meninggalkan Homestay untuk kembali ke Malang. Kami menggunakan rute yang berbeda saat kami kembali ke Malang. Rute yang kami gunakan adalah rute yang melewati lautan pasir. Dalam perjalanan, kami banyak foto-foto di daerah lautan pasir. Setelah beberapa menit perjalanan, kami melewati sebuah jalan yang sangat menyeramkan. Jalan tersebut hanya bisa dilewati oleh 1 mobil karena bagian kanan dan kiri jalan tersebut adalah jurang. Sesampainya di Malang, kami langsung menuju ke sebuah daerah bernama Batu. Disanalah kami menginap dan mengunjungi sebuah kebun binatang yang sangat terkenal di Malang. Keesokan harinya, kami melanjutkan lagi perjalanan pulang menuju Bogor. Mengunjungi Gunung Bromo membuat saya berpikir bahwa saya baru saja mengunjungi dunia mimpi dikarenakan sejauh mata memandang, hanya lautan pasir yang indah yang bisa terlihat. Saya sangat senang bisa berlibur ke Gunung Bromo.
\n \ncerita liburan ke gunung bromo

Musimliburan lalu, saya diajak oleh ayah dan kakak saya berlibur ke sana. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.392 Meter dari atas permukaan laut, jaraknya sangat jauh dari rumah saya. Kami tinggal di Pulau Kalimantan sehingga kami harus menggunakan pesawat untuk menuju Pulau Jawa.

Jika berangkat jam dari Semarang, prediksinya jam baru sampai di rest area Poncokusumo. Sebelum melanjutkan perjalanan dari rest area poncokusumo menuju bromo menggunakan hardtop atau jeep yang sudah disiapkan, biasanya pengunjung memaksimalkan waktu untuk istirahat sejenak menyiapkan tenaga dan menyiapkan baju berlapis untuk dirinya dan keluarganya sebelum meneruskan perjalanan ke Bromo. Hardtop atau Jeep adalah kendaraan wajib bagi wisatawan yang akan menuju kawasan wisata bromo tengger dengan mobil. Di Semarang sendiri beberapa hari sebelum berangkat memang cuacanya cukup ekstrim, hampir tiap hari hujan deras dan selalu mendung. Bisa jadi kondisi itu hampir sama diseluruh pulau jawa termasuk malang, bromo dan sekitarnya. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, lebih bijak jika pemberangkatan diundur agar sesampainya di Bromo tidak dini hari dimana suhu sedang dingin-dinginnya. Tentunya dengan risiko meniadakan agenda melihat sunrise dari view point penanjakan saat pagi buta. H-3 sebelum berangkat kamipun mencari tahu perkiraan cuaca di sekitar kawasan bromo tengger. Dari pantauan website BMKG, perkiraan cuaca pada tanggal 24-25 diprediksi hujan deras disertai petir di daerah Malang, Pasuruan dan sekitarnya. Tentunya bromo yang beberapa kawasaanya berdekatan dengan Malang dan Pasuruan akan tekena dampaknya juga dong?! Belum lagi komposisi yang ikut lebih banyak anak kecilnya dari pada yang dewasa. Dewasa 13 orang sedangkan anak-anak 15 orang, termasuk anakku yang paling kecil berusia 10 bulan dan kakaknya yang berusia 3 tahun. H -3 pun dapat kabar kalau teman seperjalanan, anaknya sedang tidak enak badan, kondisinya demam dan sering muntah, sehingga terpaksa si kecil tidak ikut piknik. Selagi ibu dan bapaknya piknik, si kecil ikut sama mbahnya. Anak saya juga yang kecil si adik malam hari H-1 sebelum berangkat sempat demam hingga 40 derajat celcius, dengan sigap ibunya langsung memberikan paracetamol sesuai dosis dan Alhamdulillah bangun pagi sikecilpun sudah ceria dan tidak demam lagi. Perubahan Jadwal ke Bromo Setalah mempertimbangkan satu dan lain hal, jadwal pemberangkatan ke bromo pun diubah. Dari semula berangkat tanggal 26 Januari jam WIB menjadi tanggal 25 Januari pukul WIB. Waktunya ditambah sehari agar lebih maksimal menikmati tempat wisata yang ada di bromo dan sekitarnya. Sehingga yang sebelumnya dijadwalkan pulang sabtu malam, akhirnya menjadi hari minggu tanggal 27 habis ashar dari malang agar anak-anak bisa istirahat penuh di bus. Senin paginya anak-anak sudah dalam kondisi segar dan berharap bisa berangkat sekolah. Hari H pun tiba, meski semalam si kecil sempat demam, kami mutuskan untuk tetap berangkat. apalagi perlengkapan "tempur" yang dibutuhkan sudah siap semuanya. Jumat 25 Januari dari pagi hingga sore hari langit selalu mendung, Bahkan setelah jumatan, sempat turun hujan, yang disambung gerimis hingga menjelang pemberangkatan. Barang yang hendak dibawa sudah tergeletak di balik pintu rumah. Jadi kalau taksi sudah datang tinggal sedikit mengangkatnya keluar dan meletakkannya dibagasi belakang. Magribpun tiba, kami tapi konsidi diluar masih terdengar khas suara rintikan hujan yang membentur atap baja ringan teras kami. tepat pukul WIB kamipun memesan taksi, dikala hujan baik online ataupun offline biasanya sangat susah mendapatkan armada. Tapi setelah ditolak 2 kali sama taksi offline dan mencoba beberapa kali menggunakan online, alhamdulillah akhirnya dapat juga armada taksi online yang bisa mengantar. Sesampainya di titik kumpul, kamipun bergantian untuk shalat isya. Kami sengaja tidak menjamak atau mengqhosor dirumah, karena menurut rujukan fiqih yang kami yakini, qoshor atau jamak itu dihitung jika kita sudah keluar rumah atau meninggalkan tempat kita sebelumnya. Jadi meskipun sudah pasti tujuan dan pemberangkatannya, kalau belum keluar rumah maka belum bisa menjamak atau mengqhosor shalat. Petualangan Bromo pun Dimulai Menunggu adalah "tradisi" kita, sudah jam bus kecil yang akan mengangkut kamipun tidak kunjung datang juga. Baru sekitar pukul bus pun tiba dilokasi penjemputan. Saat sudah berada di bus, pastikan barang bawaan yang tidak terpakai wajib ditaruh dibagasi bawah agar tidak membuat sesak sekitar tempat duduk. Obat pribadi, jaket atau selimut dan bantal wajib berada di dekat tempat duduk, karena semakin malam suasana di bus semakin dingin. Di kursi sudah disiapkan nasi box, snack box dan air mineral. Sebelumnya memang sudah ada himbauan kalau akan disiapkan makan malam dalam bentuk nasi kotak, jadi tidak perlu makan malam dirumah atau mampir ditempat makan saat perjalanan malam. Bus paling berhenti kalau ngisi bahan bakar atau jika ada penumpang yang ingin ke kamar kecil. Selepas makan malam, kami pun sibuk dengan urusannya masing-masing sembari tour leader menjelaskan rencana perjalanan malam ini hingga esok pagi. Semakin malam, hembusan angin dari atas semakin terasa dingin. Hampir semua menutup lubang ac yang ada di atas kepala. Akibatnya angin dingin yang hendak keluar tertahan dan menghasilkan embun. Semakin lama embunpun semakin banyak dan akhirnya menetes ke tempat duduk. Dilema memang, tidak di tutup nanti kedinginan, tapi kalau ditutup bisa netes terus menerus. Akhirnya harus ada yang ngalah, tiap beberapa menit harus membersihkan enbun sebelum ia jatuh ke tempat duduk. Jadi perlu bawa tisue kering jika kondisinya seperti ini, kalau bisa bawa kanebo lebih bagus hehehe... Baca juga 10 Hal Yang Harus Disiapkan Saat Liburan Wisata ke Bromo Membawa Bayi dan Batita dengan Naik Bus Malam Bus pun semakin melaju kencang, karena perjalanan yang cukup lama tentu akan berhenti di beberapa lokasi untuk menyalurkan hasrat buang air kecil. Hampir jarang perjalanan ke bromo dari Semarang menggunakan jalur malang. Alhasil, supir kamipun harus dipandu untuk bisa kelokasi. Maksud hati ingin lebis cepat, tapi google maps salah mengarahkan, bus sempat masuk area tentara dan harus putar balik, sehingga diputuskan menggunakan jalur manual atau jalur normal. Ganti Mobil Jeep/ Hardtop di Rest Area Mendekati pukul pagi, bus pun sudah tiba di perempatan Tulus Ayu, Tumpang Malang Jawa Timur. Karena mendekati waktu shubuh, bus pun menepi sekalian dan para penumpang pun diarahkan untuk shalat subuh dan persiapan ke Kawasan Gunung Bromo. Sayapun bertanya, kenapa tidak sekalain berhenti di rest area poncokusumo? kan biar lebih dekat persiapannya! Setelah shalat, kami langsung merangkap pakaian terutama si bayi dan si batita. Si batita mengenakan 2 rangkap atasan dan bawahan ditambah jaket, tapi untuk jaket dia tidak mau pakai, tapi tetap kami bawa untuk jaga-jaga. Sedangkan adiknya yang berusia 10 bulan saya pakaikan 4 rangkap sudah dengan jaketnya. Tak lupa kacamata, sarung tangan dan kaos kami tebal. si Adik dan si kakak sebenarnya sudah disiapkan juga kumpuk yang menutupi telinga tapi hanya di adik yang pakai, si kakak seperti biasa ogah-ogahan, orangnya sudah pnya prinsip dan nggak mau rbet. Jangan lupa makanan si adik, tongsis, payung, jas hujan/ ponco dan obat pribadi, wajib dibawa. Si adik juga sekalian ganti popok nya biar lebih nyaman. Alat gendong pastikan bawa yang gendongan depan atau model ransel. Baca juga 14 Daftar Barang Bawaan Yang Harus Dibawa Saat Liburan ke Bromo Bersama Bayi dan Batita Mendekati pukul WIB beberapa mobil hardtop yang kami sewa satu persatu berdatangan, kami menyewa 6 hardtop yang akan membawa 1 rombongan bus sebelumnya yang berisi 28 orang yang terdiri dari anak-anak, bayi, balita dan dewasa. Menjelang pukul WIB hanya 5 hardtop yang sudah berkumpul, tapi kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kawasan wisata gunung bromo. Rest Area Poncokusomo yang Sepi Fasilitas Mobilpun melaju, saya, istri, dan 2 bocil dapat 1 mobil sendiri. Konsepnya memang 1 keluarga yang beranggotakan 4 orang atau lebih dapat jatah 1 mobil hardtop, Jadinya sangat longgar sekali, kursi depan juga masih kosong karena kami berempat memilih duduk dibelakang. Tiap mobil sudah sudah disediakan jatah sarapan pagi sesuai jumlah penumpang dan supirnya. Sebelum ke Bromo, kamipun transit ke rest area poncokusumo sekitar pukul WIB Berarti dari perempatan Tulus Ayu Tumpang ditempuh selama 20 menit. Ternyata teka tekinya bisa terjawab, kenapa tidak sekalain transit istirahat, shalat, makan dan persiapan lainnya di rest area ini? Ternyata di Rest Area Poncokusumo tempatnya terlalu sepi, kasihan juga kalau supir bus ditinggal disana, tidak ada warung atau angkringan, yang ada hanya peristirahatan sementara yang dilengkapi dengan tempat parkir dan beberapa kamar mandi atau toilet. Tidak terlihat warung atau pedagangan asongan yang menjajakan jajan atau makanan. Ternyata 1 mobil hardtop yang belum datang sudang menunggu di rest area ponco kusumo. Akhirnya lengkap sudah mobil hardtop yang kami sewa. Bebebrapa penumpang yang dibagi ke mobil lain akhirnya memilih turun dan mengisi 1 hardtop yang sudah disediakan. Setalah dirasa siap, maka perjalanan kamipun berlanjut. Jalan menuju tempat wisata gunung bromo masih sempit. Jika ada 2 mobil yang berpapasan, salah satu yang dekat tebing harus lebih menepi, biar mobil yang lewat di sebelah jurang bisa lewat lebih leluasa. Dalam perjalanan ke bromo, saat itu di depan kami ada 1 truk pengangkut pupuk yang berjalan lambat sehingga kami yang dibelakangpun harus mengikuti iramanya, sampai bertemu jalan yang agar besar untuk menyalip. Dari Bukit Tetetubies Berpindah Ke Pasir Berbisik Perjalanan dari rest area menuju bukit teletubies sekitar 55 menit, alhamdulillah pukul 06. 45 Kami sudah sampai di lokasi wisata pertama yaitu bukit teletubies. Sebelum dikenal dengan nama bukit teletubies, sebenarnya lembah ini dikenal dengan nama Lembah Jemplang. Bahkan penduduk asli tengger, mencoba melestarikan nama bukit teletubis dengan nama Pusung Kursi. Pusung sendiri diambil dari Bahasa Tengger yang artinya Bukit. Sebenarnya tujuan awal kita mengunjungi view point penanjakan, yang merupakan tempat yang sangat bagus menikmati matahari terbit dengan latar belakang kawasan wisata bromo. Tapi karena pertimbangan lainnya, kunjungan ke penanjakan dibatalkan. Jika ingin menikmati sunrise di penanjakan, minimal kita harus stanby sebelum jam pagi, dan dengan resiko kalau bawa bocah ya bisa diperkirakan sendiri. Apalagi musimnya sedang tidak bersahabat. Jadinya kita hilangkan dan tempat singgah pertama kita menjadi bukit teletubies. Baca juga 14 Daftar Barang Bawaan Yang Harus Dibawa Saat Liburan ke Bromo Bersama Bayi dan Batita Selama masih di dalam mobil, suhu masih hangat dan cukup nyaman, Tai sewaktu driver membuka pintu, hawa dingin sudah mulai terasa, terlebih saat pintu belakang dibuka lebar-lebar angin dingin langsung bersentuhan dengan kulit yang tidak terlapisi, khususnya sekitar muka. Kami diberi waktu beberapa menit mengabadikan kondisi sekitar lembah jemplang. Setelah berfoto sana sini, kamipun memakan bekal yang ada di mobil, namun ada juga yang memilih membeli bakso yang dijajakan di sekitar lokasi. 1 porsi kalau bakso yang biasa lewat dirumah bisa dapet tapi disini kita harus membayar Setelah puas berfoto ria dan sarapan, pukul kami melanjutkan perjalanan. Ujian selanjutnya adalah lautan pasir atau pasir berbisik. Di kenal dengan nama pasir berbisik karena tempat ini menjadi tempat syuting untuk film pasir berbisik. Sebuah film yang dirilis tahun 2001 dan berhasil menyabet sederet penghargaan. Film ini dibintangi artis papan atas seperti Dian Sastrowardoyo sebagai Daya, Christine Hakim sebagai Berlian, Slamet Rahardjo sebagai Agus, dan Didi Petet sebagai Suwito. Film tersebut membuat lautan pasir di kawasan wisata bromo semakin membuat penasaran banyak orang. Sekitar pukul sampailah kita pada lokasi kedua wisata gunung bromo yaitu wisata lautan pasit. Bisa dibilang, kita berada di waktu yang tepat saat posisi kita di lautan pasir atau pasir berbisik. Karena lokasi sempat digusur hujan, jadi meskipun angin berhembus kencang di sekitar lokasi, tapi tidak banyak pasir yang bertebarangan, karena masih berat mengandung air, tapi pas waktu perjalanan pulang menjelang dzhuhur, pasir-pasir sudah mulai kering dan ringan sehingga gampang tertiup angin. Perlengkapan yang wajib dipakai saat berada di lautan pasir hingga kita pulang kembali, kita dihimbau menggunakan pelindung kepala dan kacamata. Fungsi kupluk atau pelindung kepala lainnya adalah melindungi rambut kita dari debu atau pasir yang berterbarangan, sedangkan kacamata berfungsi sebagai penghalang debu atau pasir agar tidak langsung masuk ke mata dan bisa juga sebagai pelindung mata dari silaunya sinar matahari. Para pengunjung disini berfoto dengan hamparan pasir yang luas yang dikelilingi bukit yang mempunyai bentuk tak kalah indah. Selain berfoto berlatar belakang lautan pasir dan bukit, foto berlatar deretan jeep atau hardtop juga menjadi pose yang sayang untuk dilewatkan saat kita berada di lautan pasir. Berkuda Menuju Puncak Bromo Setelah puas menikmati indahnya lautan pasir, hardtop melaju menuju lokasi selanjutnya yang menjadi tujuan utama kita. Sekitar pukul WIB kita sudah tiba di parkiran jeep, lokasi terakhir berpetualang mengggunakan jeep. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menunggang kuda. Dari parkiran hardtop ke anak tangga pertama menuju kawah atau puncak bromo bisa ditempuh dalam waktu 45 menit dengan berjalan kaki atau 30 menit dengan mengendarai kuda. Sebenarnya mau jalan kaki atau naik kuda bisa dibilang punya waktu sama, tinggal seberapa cepat saja kaki kita melangkah menuju anak tangga yang akan mengantarkan kita melihat kawah bromo. Iya, buktinya abang yang menyewakan kuda saja, dia bisa jalan bolak balik bahkan bisa berkali kali bolak balik sambil menuntun kudanya. Dan tentunya posisi penuntun kuda selangkah lebih didepan dari pada kuda itu sendiri. Tapi agar bisa menikmati perjalanan lainnya, kalau ada anggaran mending naik kuda saja, kita simpan tenaga kita untuk menikmati tempat-tempat lainnya, apalagi kalau bawa anak kecil, kasian kalau harus jalan. Ditambah risiko kena debu yang beterbangan lebih tinggi pejalan kaki dari pada yang menunggang kuda. Tarif kuda bromo sendiri PP dari parkiran sampai ke dekat anak tangga dan kembali lagi ke parkiran cuma Anak kecil yang belum bisa menjaga keseimbangan diatas kuda bisa ditemani dengan orang yang lebih dewasa. Jadi bagi yang bawa anak kecil, 1 kuda bisa dinaiki dua orang, orang tua dan anaknya. Tapi kalau sudah SD dan sudah bisa naik sendiri ya dihitung 1 kuda 1 orang, tapi tergantung negosiasi kita dengan mereka terkait kapasitas kuda dan harga. Sebelum menuju kawah bromo dengan naik kuda atau jalan kaki, disarankan untuk menunaikan segala urusannya yang berkaitan dengan perkamarkecilan. Dari pada kebelet diatas harus antri lebih banyak dari pada dibawah. Untuk yang menunggang kuda, benda yang berwarna hitam jangan sampai dekat dengan mata kuda, karena kuda sensisitif dengan warna hitam. Jangan coba-coba selfie dengan tongsis warna hitam diatas kuda. Kalau mau foto diatas kuda bisa minta tolong bapak pembawa kuda. Baca juga Berapa Harga Samsung Gear S3 Saat Ini dan Apa Saja Spesifikasinya? Nah saran bagi pengelola kawasan wisata bromo, mohon di edukasi bapak-bapak yang menawarkan jasa berkuda bagaimana mengambil foto yang baik dan benar. Karena dari 6 kali jepretan foto menggunakan kamera yang difotokan oleh bapak pembawa kuda, hasil foto tidak bisa di pajang atau dipamerkan. Hasil fotonyangeblur atau tidak jelas. Padahal pose dan tempatnya sudah sangat luar biasa indah untuk diabadikan. Tapi secara komunikasi sosial dengan penumpang kuda sudah sangat baik. Mamangnya berkanan diajak bicara oleh pengendara kuda yang panik sehingga bisa mengurangi kepanikannya saat menunggang kuda. Karena ketakutan dan kepanikan istri, hampir saja kami hanyamenikmati setengah perjalanan menunggangi kuda. Istri ketakutan dan memilih jalan kali untuk sisa perjalanannya. Ia memutuskan itu karena melihat medan yang naik turun dan sempit, ditambah jalan pasir yang tidak rata. Tapi setelah dikuatkan, akhirnya tidak jadi jalan kaki dan dengan tempo yang pelan kamipun sampai juga di parkiran kuda pada pukul WIB yang merupakan titik akhir perjalanan dengan berkuda. Setelah itu kita berjalan sebentar menuju anak tangga dan menaiki 250 anak tangga untuk bisa sampai kepuncak bromo dan melihat kawah bromo. Tips Menunggang Kuda di Bromo Ata tips yang harus dilakukan saat menunggangi kuda pertama jika jalanan naik atau mendaki, posisi badan harus condong kedepan. Sedangkan saat dijalan yang menurun, posisikan badan lebih merebah kebelakang dengan kaki memancal atau menginjak pedal kuda. Ini katanya agar lebih seimbang beban ketika kuda melewai lintasan. Oh iya, bagi yang bawa bayi, dengan bantuan gendongan ransel atau gendongan depan, lebih baik posisikan bayi mendekap kita agar lebih nyaman dan menghindari risiko matanya kena debu. Usahakan menggunakan gendongan yang ada penutup kepalanya seperti produk ergobaby bukan ilkan, karena bisa menahan kepala dan leher dari angin pasir yang berhembus. Jika nyaman, sikecil juga bisa tertidur saat menunggang kuda. Penutup kepala juga bisa digunakan untuk menopang kepala bersandar kebelakang. Gagal Menaiki Puncak Bromo Ada keinginan besar untuk bisa naik kepuncak bromo dan melihat dasar kawah bromo dari balik pagar yang perjalanan ini kami urungkan, pertama karena memang kawah belerangnya sedang sangat banyak dan menyengat, sedangkan masing-masing dari kami membawa anak kecil. Yang kedua karena kami ketinggalan setengah jam dari rombongan lainnya, karena menunggu si bidadari menaklukkan rasa takutnya menaiki kuda hingga titik terakhir. Alhasil baru sekitar 10 menit istirahat, rombongan yang dari kawah sudah sampai dibawah sudah di syukuri saja apapun kondisinya. Setelah cukup beristirahat dan foto-foto dengan panorama sekitar, sekitar pukul kamipun turun kembali ke parkiran kuda. Cukup unik untuk bisa mengenali kuda mana dan mamang mana yang kita naiki sebelumnya. Saat turun dan meninggalkan kuda kita diberi kartu nama seadanya yang bertuliskan nama mamang penunggang kuda. Pesan mamang kuda saat kami hendak meninggalkannya " Pak ini kartu nama saya, nanti kalau sudah turun bapak langsung kesini saja panggil dengan keras nama saya, nanti saya akan mendekati bapak atau memberi tanda ke bapak. Tapi kalau saya tidak ada, biasanya nanti saya sudah berpesan ke yang lain untuk bisa menggantikan saya." dan saya pun mengiyakan saja. Mengambil pengalaman saat berangkat, perjalanan pulang dengan kuda memakan waktu lebih cepat. Sekitar 20 menit sudah sampai di parkiran mobil. Waktu menunjukan pukul kami pun bergegas untuk segera masuk ke mobil karena angin sudah mulai kencang. Mobil yang semula diparkir dekat parkiran kuda, ternyata berpindah mendekati warung yang lokasinya berjarak sekitar 50 meter, terpaksa harus berjalan dengan membelakangi angin agar debu atau pasir tidak menerjang bagian depan tubuh kita. Setelah semua rombongan dirasa sudah menaiki mobil, sekitar pukul WIB kamipun melanjutkan perjalanan ke malang, hartop yang kami sewa mengantarkan kami kembali ke tempat transit bus yang berada di perempatan Tulus Ayu Tumpang Malang. Semakin siang, jalanan semakin ramai. Kendaraanpun melaju kurang maksimal karena sering berpapasan dengan mobil lainnya, sehingga mobil harus melambat. Ditambah diperjalanan kami menjumpai mobil hartop yang mogok, kami harus menunggu lama untuk bisa melewati jalan tersebut. Nggak tega memang melihat mobil mogok, apalagi mogok di daerah yang orang. Kalau yang mogok itu kita, tentu kitapun tidak akan mau jika kita berada dalam posisi mereka. Beruntung beberapa mobil di rombongan kami masih banyak space yang kosong, maka kami tawarkan untuk ikut bersama kita. Agar mereka lebih nyaman, 1 mobil kita kosongkan untuk mereka, sehingga di mobil yang saya naiki ketambahan 1 orang dewasa dan 2 anak-anak. Kursi depan yang tadinya kosong sekarang jadi terisi. Setelah semua terakangkut, kitapun malanjutkan perjalanan kembali. Sekitar pukul kita sudah berada di Bus, dan akan melanjutkan perjalanan shalat dan makan siang. Perjalanan ke arah kota malang sangat padat merayap. Pukul barulah kita sampai di Warung Wareg yang berada di Jalan raya Kepuharjo No. 7 Karangploso Kota Malang. Setelah sholat dan makan siang, Perjalanan kita lanjutkan ke penginapan. Nah itulah sedikit cerita liburan ke kawasan gunung bromo bersama keluarga dengan membawa bayi dan batita. Jika artikel yang berjudul Cerita Liburan Wisata ke Bromo Membawa Bayi dan Batita ini bermanfaat, silakan di sebarluaskan atau dibagikan. Terima kasih atas kunjungannya

Berikutinilah beberapa misteri yang menyelimuti gunung Bromo. 1. Pasir hisap yang membahayakan pengunjung. Keindahan Padang Savana yang terhampar sejauh mata memandang adalah bagian kecil keindahan yang dimiliki gunung Bromo. Gunung yang kerap kali mengalami erupsi tersebut menjadi ikon wisata yang berada di 4 wilayah kabupaten.

detikTravel Community - Indonesia adalah pesona Asia yang memiliki panorama alam yang indah seperti Gunung Bromo. Liburan akhir pekan ke sana bisa bikin kamu sih yang tidak mengenal kepopuleran gunung berapi yang masih aktif ini? Gunung Bromo adalah salah satu tempat wisata yang paling terkenal di Jawa Timur dengan kunjungan yang paling ramai setiap tahunnya. Gunung Bromo juga jadi tempat favorit para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk menyaksikan sunrise terbaik di Pulau keindahan negeri di atas awan yang siap menarik mata hati, Gunung Bromo berada dalam empat lingkup kabupaten yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang dan Kabupaten Malang. Keadaan alam gunung Bromo bertautan dengan lembah, ngarai, kaldera atau lautan pasir dengan luas 10 Bromo termasuk dalam satu kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dimana terdapat beberapa obyek wisata lain yang bisa dikunjungi, seperti Gunung Semeru, Gunung Tengger, Gunung Batok beberapa danau dan Gunung Bromo itu keindahan alam yang tersimpan di Gunung Bromo, Yadnya Kasada atau Upacara Kasodo lah yang membuat Gunung Bromo menjadi tujuan destinasi utama setiap tahunnya. Upacara Kasodo digelar setiap tahun pada bulan purnama di penanggalan Jawa dan di sinilah biasanya puncak ramai pengunjung menuju Bromo memiliki beberapa pilihan, pertama bisa menggunakan motor dan bisa langsung menggunakan mobil jeep. Akses favoritku dan teman-teman adalah menggunakan sepedah motor, sekitar 2,5-3 jam perjalanan dari Malang kota menuju penanjakan melewati jalur Nongkojajar, Pasuruan dan pulangnya melewati jalur Tumpang, terbaik ketika naik motor sebaiknya menggunakan motor trail, karena medan yang begitu curam dan licin. Biasanya kami berangkat pukul malam dan sampai pukul pagi, beristirahat sejenak di warung-warung dekat Penanjakan untuk sekedar mengisi perut ataupun menghangatkan tubuh. Sekitar pukul pagi Penanjakan sudah ramai oleh para pengunjung mengambil tempat untuk mendapatkan spot terbaik menyaksikan matahari dengan gunung lainnya, Gunung Bromo memiliki hembusan angin yang bercampur dengan pasir, sehingga akan sangat menganggu jika kamu memiliki alergi terhadap debu. Iritasi mata pun bisa muncul jika kamu tidak berhati-hati. Maka, dianjurkan untuk membawa kacamata pelindung serta masker selama berada di Disarankan teman-teman membawa lebih dari satu masker, kalaupun di kawasan Gunung Bromo ada jual itupun lumayan mahal ketinggian mdpl Gunung Bromo memliki suhu di bawah 10 derajat celcius. Jadi, buat teman-teman yang tidak biasa dingin, temperatur udara Bromo bisa jadi bumerang. Nah untuk mengantisipasinya bisa membekali diri dengan baju hangat atau jaket tebal, syal, sarung tangan, dan topi. Untuk teman-teman yang merasa saat di tempat Penanjakan masih merasa dingin, di sana terdapat penyewaan jaket. ZASKIAMecca baru-baru ini membagikan momen liburan bersama keluarga kecilnya saat berada di Bromo.Salah satu kegiatan yang paling tak boleh ketinggalan adalah eksplor Bromo naik Jeep. Zaskia Mecca pun membagikan banyak unggahan foto saat liburan di Bromo. Beberapa di antaranya, ia terlihat berfoto dengan kelima anaknya beserta suaminya, Hanung Bramantyo dan juga terlihat berpose di atas Jeep Alhamdulillah, liburan sekolah bulan Juli kemarin, kami sekeluarga bisa berlibur ke Malang. Ini adalah pertama kalinya anak-anak menginjakkan kaki di Jawa Timur, jadi mereka sangat gembira. Apalagi kami sengaja naik kereta saat berangkat. Salah satu rencana kami adalah mengunjungi Gunung Bromo. Dari hasil bertanya kepada beberapa teman, hasil googling, akhirnya kami memutuskan untuk melihat matahari terbit di Bromo. Sebenarnya ini tidak direkomendasikan oleh teman saya, karena kami harus berangkat dini hari dari Malang, tempat kami menginap. Salah satu alternatif bisa menginap di daerah Bromo, tapi karena sudah telanjur booking hotel di Malang, kami memutuskan berangkat dari Malang. Dengan beberapa pertimbangan, juga melihat anak-anak kami yang memang sudah biasa bepergian jalan darat sejak mereka bayi, kami memutuskan ke Bromo dini hari untuk melihat matahari terbit. Saya lalu mencari travel untuk ke Bromo-nya. Ternyata ada banyak pilihan paket tour yang ditawarkan oleh travel lokal di sana. Saya juga mendapatkan rekomendasi dari pihak hotel. Ternyata travel yang sama pernah dipakai oleh teman saya yang lain, dan hasilnya memuaskan. Akhirnya kami mantap memilih tur rekomendasi hotel. Pada hari yang telah ditentukan, pukul kami dijemput di hotel oleh pihak travel. Saya sudah memasang alarm untuk bangun pukul dan ternyata tepat saya bangun, ada telepon dari resepsionis bahwa kami sudah dijemput. Untung saya sudah bersiap-siap pada malam harinya, sehingga saya cukup membangunkan anak pertama dan kedua kami untuk sikat gigi dan berganti baju saja. Untuk si bungsu, cukup saya kenakan jaket dan langsung saya gendong. Alhamdulillah si bungsu tidak rewel dan langsung pulas kembali. Perjalanan dari Malang ke Bromo memakan waktu kurang lebih 2 jam. Kakak Shafa dan Mas Hafiz langsung pindah tidur saja. Begitu juga Dek Reefa. Alhamdulillah karena masih minum ASI, kalau terbangun langsung saya susui, dan langsung terlelap lagi. Kami memakai mobil jenis Trooper. Sebenarnya pada awalnya suami tidak setuju, minta ganti Innova/APV, dan baru berganti jeep di Pananjakan, tempat kami akan melihat matahari terbit sebelum ke kawah Bromo. Tapi pihak travel menyarankan tetap memakai Trooper saja karena kondisi jalanan. Dan memang akhirnya kami lihat selama perjalanan tidak kami temukan jenis mobil pribadi, semua mobil yang menuju Bromo jenisnya jeep/trooper. Dalam perjalanan kami ke Penanjakan, tempat kami akan melihat matahari terbit, kami diberi tambahan seorang pemandu wisata bukan supirnya, yaitu mahasiswa jurusan pariwisata yang sedang kerja lapangan di travel tersebut. Pukul kami sampai di Penanjakan, setelah parkir kami menuju warung-warung yang ada di bagian bawah Pananjakan. Kami mendapatkan teh hangat untuk mengatasi dingin yang langsung terasa begitu kami turun dari mobil. Di warung-warung itu juga tersedia mie instan dan pisang goreng. Di sekitar warung-warung kopi ini, juga banyak warung suvernir, yang menjual jaket, syal, topi, dll. Bahkan ada persewaan jaket juga. Oh iya, kalau mau buang air kecil, di warung-warung ini juga ada toilet yang lumayan bersih.< Pukul kami berjalan menuju ke tempat melihat matahari terbit. Ada beberapa anak tangga menuju ke lokasi. Sampai di atas, kami melihat tempat duduk besi berjajar-jajar untuk melihat matahari terbit. Sayang di bagian paling depan, banyak orang berdiri, bahkan naik ke tembok pembatasnya untuk mengambil foto. Dari keadaan gelap gulita, lama-lama mulai terlihat semburat kuning jingga, matahari mulai muncul malu-malu, sampai akhirnya matahari bersinar terang, sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan buat anak-anak kami. Bagi saya dan suami, ini menjadi pengingat untuk lebih bersyukur atas semua karunia Allah yang tiada taranya ini. Sayang saat itu, awan dan kabut agak menutupi saat matahari mulai terbit, tapi tetap saja indah menurut kami. Dari Penanjakan, kami menuju ke kawah Bromo. Sebelumnya mobil kami melewati jalan setapak bukan jalan umum, kata supir kami, jalan ini menuju pemandangan negeri di atas awan. Sesampai di lokasi, ternyata benar-benar ada awan di dekat kami. Pemandangan negeri di atas awan itu maksudnya pemandangan tiga gunung yaitu Gunung Bathok, Gunung Semeru, dan Gunung Bromo. Jalan menuju ke kawah Bromo berkelok-kelok menuruni perbukitan. Sayang jalanannya rusak parah, belum lagi kalau turun hujan, kondisi jalanan pasti makin parah. Tentu saja ini menjawab pertanyaan kami kenapa hanya mobil jenis jeep saja yang bisa melewatinya. Saya sempat membayangkan, andaikan jalanan menuju kawah Bromo ini bisa seperti kelokan 44 menuju Danau Maninjau di Sumatera Barat, pasti pariwisata Bromo akan lebih ramai. Setelah melewati kelokan yang panjang dan bergelombang, sampailah kami di bawah yaitu di padang pasirnya. Tidak berapa lama kami sampai di kawah Bromo. Dari tempat parkir kami menuju ke tanjakan tangga menuju kawah bisa berjalan kaki atau naik kuda. Biaya naik kuda sekali jalan Di tempat parkir juga banyak meja penjual kopi dan mie instan. Juga ada toilet yang lumayan bersih. Sayang anak-anak tidak ingin naik ke kawahnya, padahal kami ingin sekali mencobanya. Konon ada 200 tangga dari dasar ke atas kawah Bromo. Tapi kami mengikuti kemauan anak-anak. Setelah sarapan roti tawar yang kami dapatkan dari tur, ditambah mie rebus dan mie goreng, kami melanjutkan perjalanan ke padang Savana dan Pasir Berbisik. Duh hamparan rumput kering kekuningan di padang luas seperti ini, sungguh membuat hati ini senang. Reefa sangat puas berlarian di sini. Sayang sewaktu d isini, Kakak Shafa ketiduran di mobil. Sebetulnya masih ada 2 tempat yang ditawarkan yaitu ke air terjun Madakaripura dan Candi Singosari. Sewaktu menuju Candi Singosari ternyata semua anak-anak terlelap tidur, akhirnya kami memutuskan kembali ke Malang. Walaupun tidak semua tujuan tercapai, kami gembira dan senang melihat anak-anak bisa melihat dan merasakan petualangan yang dekat dengan alam. InsyaAllah makin menambah cinta tanah air dan lebih bersyukur atas semua karunia-Nya. Amiin. Tips melihat matahari terbit di Bromo Pastikan semua sudah disiapkan malam sebelumnya, baju hangat/jaket, syal, topi, sepatu dan kaos kaki wajib dipakai. Sebenarnya suhu di Bromo sewaktu matahari terbit itu seperti suhu pagi hari di Puncak, tapi memang sedikit lebih dingin. Untuk Mas Hafiz yang memang tidak tahan dingin, perlu jaket lebih tebal. Bawa bekal makanan/minuman secukupnya. Biasanya travel menyediakan menu sarapan pagi kami mendapatkan roti tawar isi beberapa variasi. Di setiap lokasi Penanjakan dan kawah Bromo banyak dijumpai penjual minuman hangat, gorengan dan mie instan. Siapkan kamera, beserta cadangan baterai kalau perlu, sayang kalau sampai tidak mengabadikan keindahan alam Bromo. Untuk anak yang suka mabuk, siapkan fisik dan obat yang diperlukan. Mengingat jalur yang berkelok dan rusak parah, perlu diperhatikan kondisi fisik anak-anak. Selamat berlibur! Ceritacerita seru di gunung biasanya jadi pengalaman berharga yang mampu memantik obrolan asyik. Salah satu pengalaman yang ingin saya bagikan kali ini adalah ketika saya liburan ke Bromo. Kali pertama ke Bromo nyatanya membikin saya makin jatuh cinta dengan alam, lukisan Tuhan yang tiada tara.
Saya teguk habis segelas susu coklat saat sebuah postingan tentang bromo di sebuah akun instagram terpampang di layar gawai. Hal itu seketika mengingatkan saya akan manisnya memori liburan di bromo kala itu. Ah, rasanya sudah lama sekali. Januari 2015, berarti sudah hampir 4 tahun sejak liburan saya ke wisata gunung Bromo bareng Ayu, Andri, dan Evelyn. Tapi, masih terbayang jelas setiap sudut keindahannya. Rasanya, saya tak pernah melihat pemandangan secantik itu di Jawa. latar belakang gunung batok Saya buka folder “Wisata Gunung Bromo” di laptopku. Terpampang ratusan file foto senyuman-senyuman bahagia saya dan Ayu, dengan latar belakang kawasan bromo tengger semeru dari berbagai sisi. Sumpah, Bromo keren banget. Apalagi saat melihat kaldera besar yang di tengahnya masih terdapat 2 gundukan tanah yang membentuk gunung bromo dan gunung batok. Serta beberapa hektar sabana dan lautan pasir di sekelilingnya. Saya masih ingat, perjalanan berliku dari rumah Andri di Probolinggo menuju kawasan wisata gunung Bromo. Jalanan terus naik seiring menurunnya suhu udara serta semakin hijaunya panorama dari balik kaca mobil. Tak terasa, 2,5 jam terasa cepat sekali berlalu dan kami pun tiba di sebuah homestay tak jauh dari gerbang kawasan bromo tengger semeru. Saya masih ingat, saat kaki telanjang tak mampu menahan dinginnya keramik di homestay. Dengan ketinggian di atas meter dpl, tentu dinginnya sudah mampu menusuk tulang. Tak perlu AC di sini, yang kita perlukan hanyalah selimut tebal nan hangat. Dan tak lupa air hangat untuk mandi, kalau tak mau tubuhmu beku, ahaha.. Saya masih ingat, saat pertama kalinya mata ini menangkap panorama kaldera yang sangat indah. Rasa-rasanya, ini kaldera pertama yang saya lihat sampai dengan saat itu. Sebuah tempat indah yang tercipta dari tragedi alam. Kalau dibayangkan, begitu dahsyat letusan gunung ini jaman dahulu kala. Tetapi, keindahan yang tercipta setelahnya, mampu meninggalkan decak kagum dari siapapun yang melihatnya. wisata gunung bromo Saya masih ingat, saat roda-roda Toyota Land Cruiser yang kami naiki, dengan tangguhnya menembus lautan pasir. Pasir berbisik, begitulah nama populernya. Hembusan-hembusan angin yang menerpa dan menerbangkan butiran-butiran pasir, sepertinya menciptakan bunyi dan siulan. Mungkin itulah yang mengilhami di balik pemberian nama pasir berbisik yang menginspirasi sebuah karya film layar lebar. Mungkin. gunung bromo Saya juga masih ingat, saat kembali lagi mata ini dibuat kagum. Setelah melewati tandusnya lautan pasir, tiba-tiba di ujung sana muncul perbukitan hijau. Bukit berundak dengan hamparan rumput hijau bagaikan permadani. Tak lupa pohon-pohon pinus mulai tumbuh memamerkan keindahannya. bukit teletubbies bromo Saya masih ingat, saat hati ini begitu excited mendaki meter demi meter tanah kering yang elevasinya semakin tinggi, demi mencapai puncak gunung bromo. “Ada apa sih di puncaknya? Bagaimana sih panorama dari atas?”. Begitulah beberapa pertanyaan di hati yang tak sabar untuk segera saya temukan jawabannya. Sesampainya di atas, saya terpana melihat kawah gunung berapi aktif pertama yang saya lihat, dan saat ini masih menjadi satu-satunya kawah gunung berapi aktif yang saya lihat langsung. Bau belerang menyengat kuat, tapi tak membuat pesona bromo luntur. Gunung batok di sebelahnya menjadi tempat yang ciamik untuk dijadikan latar belakang foto kita. belerang di puncak gunung bromo Saya masih mengingat jelas, saat gunung batok menjadi saksi bisu kejutan yang saya berikan untuk ulang tahun Ayu yang ke 24. Ah, i was that sweet.. Mengingatnya, jadi sadar, sekarang saya tak se-so sweet dulu ahaha.. Untuk Andri dan Evelyn, makasih banget udah ngebantuin bikin surprise di tempat terindah di pulau Jawa. ultah di gunung bromo Dan saya pun masih ingat, saat lapisan-lapisan jaket tebal tak sepenuhnya menghindarkan saya dari dinginnya udara penanjakan bromo di pagi buta. Demi sunrise terindah, saya rela deh. Walau akhirnya gagal menikmati sunrise bromo. Kabut tebal yang iseng mungkin tertawa terkekeh melihat ratusan orang kecewa karena usaha bangun paginya tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, ahaha.. gagal berburu sunrise Ah, sungguh banyak sekali kenangan-kenangan indah yang telah terukir selama trip singkat ke Bromo.. Dengan semakin banyaknya petualang, semakin aktifnya penggunaan media sosial, sekarang bermunculan wisata gunung bromo yang lainnya. Tentu saya pun ingin kembali ke bromo untuk menelusuri sudut-sudut wisata baru itu. Apalagi, sunrise cantik belum berhasil kuabadikan dalam bidikan kamera. Cerita detil perjalanan wisata gunung bromo klik di sini Libur Natal sebentar lagi nih. Bagaimana kalau aku ke Bromo saja? Tapi ada yang sedikit berbeda. 2015, saya masih tinggal di Jakarta. Banyak cara menuju Bromo, bisa dengan menggunakan pesawat, kereta api, bus, atau kendaraan pribadi. Waktu itu saya memilih moda transportasi kereta api sampai Surabaya yang dilanjut dengan bus menuju Probolinggo. Perjalanan selama beberapa jam terasa tak membosankan kalau perginya dengan orang yang kita cintai. Sekarang, 2018, saya berdomisili di Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatera Barat. Tentu menuju Bromo tak lagi semudah dulu. Satu-satunya moda transportasi yang paling efisien adalah dengan pesawat terbang. Untungnya hadir Traveloka dengan segala kepraktisannya. Membeli tiket pesawat tak lagi ribet. Tak perlu lagi kita datang ke travel agent, cukup bukan handphone atau laptopmu. Tinggal pilih bandara keberangkatan dan tujuanmu, tentukan tanggal, jumlah penumpang, pilih maskapai, jam keberangkatan, nama penumpang, dan lain sebagainya. Terakhir tinggal lakukan pembayaran, bisa ke ATM, mobile banking, atau pake kartu kredit. Setelah itu, tiket akan langsung masuk ke email kita. Praktis banget bukan??? Sejauh ini, hanya traveloka satu-satunya aplikasi Online Travel Agent yang terpasang di gawai saya dan telah berkali-kali mempermudah hidup saya dalam urusan beli tiket pesawat dan booking hotel. Ah, terimakasih Traveloka.. Urusan tiket pesawat kelar, tinggal mikirin bagaimana caranya buat explore Wisata Gunung Bromo. Nah, dengan traveloka ini, urusan liburan di tempat yang kita tuju juga bisa ditangani. Begitu juga dengan wisata gunung bromo ini, traveloka juga udah siap menjadi partner liburan kita. Mau tahu lebih jelasnya?? Klik di sni. Jadi, ke Bromo kita???? Kuy!!!!!! kuy ke bromo Traveler Paruh Waktu
Karenawaktu terbaik berkunjung ke Bromo adalah saat musim kemarau. 1. Waktu terbaik untuk berkunjung. Seharusnya, bulan ini sudah memasuki musim kemarau, namun karena pengaruh pemanasan global. perubahan cuaca menjadi tidak pasti. Pagi terang benderang, siang hari hujan turun begitu deras. Jadi, bisa dibilang, tidak ada patokan bulan yang pasti.
Siapa yang tidak bahagia saat keinginan hati yang sudah lama terpendam akhirnya Allah jawab lewat suami tercinta. Yaps, sudah lama sekali saya berkeinginan untuk menikmati keindahan alam Gunung Bromo, eh kemarin bulan januari tiba-tiba suami ngajakin pergi kesana bareng teman-teman kantornya. Mata saya pun langsung berbinar mendengar ajakan ini, tanpa pikir panjang, langsung kuiyakan ajakan suami hehe. Sebenarnya ke Bromo menjadi salah satu roadtrip kita waktu itu. Dari sekian obyek wisata yang kami kunjungi, Bromo menjadi trip yang paling menantang bagi kami karena kami membawa bayi berusia 10 bulan dan balita berusia 3 tahun 3 bulan. Yang paling kami khawatirkan saat itu adalah suhu di Bromo kadang bisa ekstrim hingga suhu minu, suhu tersebut tentunya kurang bersahabat dengan anak-anak. Apalagi rencana awal, kami nyampe sana dini hari, lalu mendaki dan bisa lihat sunrise. Duh nggak kebayang dinginnya kaya gimana . Saya juga sempat ragu, mau ikut mendaki dengan membawa si kecil atau tidak karena karena takut nanti membahayakan si kecil yang berusia 10 bulan. Alhamdulillah setelah mempertimbangkan satu dan lain hal terutama karena cuaca paa pekan tersebut tergolong ekstrim dan banyaknya anak-anak, jadwal perjalananpun diubah. Rencana awal yang rencananya berangkat hari jum'at siang tanggal 27 januari setelah shalat jum'at, diubah menjadi jum'at malam habis halat isya. Rombongan kami berangkat menggunakan bus ukuran sedang. Kami berangkat dari Semarang pukul nyampe resat area Malang tempat transit subuh pukul Setelah Sholat Subuh, kita bersiap-siap menuju Bromo menggunakan Hardtop tertutup. Mulailah kami melapisi pakaian kami dengan jaket tebal, menutup kepala menggunakan topi khusus yang sampai menutupi telinga, memakai sarung tangan, kaos kaki plus sepatu terutama untuk si baby. Oh iya supaya perjalanan nyaman dari Semarang-Malang ataupun sebaliknya, saya menyewa car seat untuk bayi saya, sehingga ibu dan bayi saya bisa sama-sama nyaman. Ngga kebayang kalau ngga bawa car seat ini, saya akan memangkunya selama berjam jam. Belum lagi kalau saya ngantuk, malah bahaya, si bayi bisa ngga terasa terjatuh, naudzubillah. Setelah siap semuanya, sekitar pukul kami berangkat dari meeting point menuju Bromo. Perjalanan menuju sana sekitar 1,5 jam-an. Medan yang berkelok, menanjak, sempit dan curam cukup membuat jantung ini dag dig dug ngga karuan. Jadi saya sarankan, kalau mau ke Bromo yaa pakai kendaraan khusus kaya hardtop ini dengan supir yang sudah tahu medan tentunya. Banyak kok yang memfasilitasi jasa sewa ini di sini. Jangan nekad bawa kendaraan sendiri, nyetir sendiri kalau belum tahu medan ya. Tapi kebijakan setempat, hanya mobil hartop atau jeep yang tergabung dalam paguyuban yang boleh lewat dan melintas ke kawasan bromo. Semakin jauh hardtop melaju menaiki dataran yang semakin tinggi, makin terasa banget hawa dingin yang semakin menusuk tulang. Anak balita saya yang tadinya tidak mau memakai jaket pun akhirnya mengeluh "mi...dingin..brr". "Dipake jaketnya to nduk, dari tadi juga sudah ummi suruh pake jaket". Eh tetap saja dia ngga mau pake, hiks. Memang umur-umur segitu, lagi masa-masanya nggak bisa dibilangin, keras memegang prinsip hehe. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah, serba hijau dimana-mana, benar-benar masih asri alami, ya iyalah namanya juga di gunung hehe. Cocok buat kamu-kamu yang hidup di kota yang ingin menghirup udara bersih dan menyegarkan. Puncak keindahan itu terasa ketika tiba-tiba sopir menepikan hardtopnya dan membuka pintu hardtop. MasyaAllah ini indah sekali, kulihat gunungan-gunungan kecil yang sangat indah yang ditumbuhi rerumputan khas pegunungan, seolah-olah membawa kami berasa masuk film teletubies. Ternyata oh ternyata ini yang dinamakan Bukit Teletubies. Pantas saja masyarakat suku tengger menamainya Bukit Teletubies, ternyata memang bentuknya mirip Bukit Teletubies yang ada di film Teletubies . Rombongan kami yang tersebar dalam enam hardtop pun turun, lalu mengabadikan setiap sudut keindahan yang ada di sini. Dinginnya udara sekitar bukit yang semakin menusuk tulang, tidak kami hiraukan demi mengabadikan moment dengan latar yang maha indah ini. Entah berapa kali difoto saking indahnya alam di sini, hehe. "MasyaAllah, ko bisa rapih tertata kaya gini yaa, mungkinkah ada orang yang ditugaskan untuk mengurus perbukitan ini?". eh suami langsung nimpali "yaa ngga ada lah, ini murni Allah yang membuat dan menjadikan seperti ini. mana ada orang yang mau ngurus alam seluas ini". "hehe iya bi, ummi hanya terkagum-kagum melihat pemandangan alam yang seperti ini". Selain Bukit Teletubies, di sini kita juga bisa menikmati keindahan Padang Rumput Savana yang sangat luas. Padang rumput ini terletak pada lembah hijau, dikelilingi tebing-tebing menjulang tinggi dan beberapa gunung-gunung kecil. Setelah puas foto-foto disekitaran Bukit Teletubies, kamipun bergegas menuju Gunung Bromo. Sesampainya di sana, seperti biasa kami mengabadikan moment bersama kembali alias foto-foto, hehe. Setelah itu, menuju area pendakian. Berhubung kami banyak yang bawa anak kecil, akhirnya demi efisiensi tenaga dan waktu, kami memutuskan untuk melakukan pendakian dengan menggunakan kuda. Jujur ini pengalaman pertama bagi saya, antara pengen nyoba karena penasaran dan takut kalau nanti jatuh apalagi saya bawa anak. Bismillah, akhirnya mencoba memberanikan diri dengan melawan rasa takut ini. Kami berpasang-pasangan naik kuda, saya sama si kakak, sedangkan suami sama si adek. Eh pas udah berani, baru mau naik kudanya saja udah susah ternyata temans, hiks. Tadinya udah mau nyerah aja, ngga jadi naik, mending jalan. Beuh cemen banget dah gw hehe. Tapi terus dimotivasi suami supaya bisa nenangin diri. Alhamdulillah akhirnya berhasil!, yeay. Lalu berjalanlah kuda kami. Eh baru awal-awal kuda melangkah, badan ini serasa menegang dan tak henti-hentinya ngomong supaya pak guide yang menuntun kuda kami berjalan pelan, untung bapaknya sabar ngelayani emak-emak kaya saya, hihi. Kuda kami melangkah sangat pelan, sedang kuda teman-teman yang lain melangkah cukup cepat sampai-sampai tidak kelihatan ekor kuda mereka, hihi ngga apa apa, alon-alon sing penting kelakon nyampe. Hanya suami yang setia mendampingi disamping kuda saya, "Tenang bu yang santai, nanti kalau tegang malah jatuh", kata pak guide. Sepanjang perjalanan bapaknya ngajak ngobrol terus, Alhamdulillah malah jadi teralihkan rasa takut saya dan mulai bisa mengimbangi irama kuda. Benar memang, kunci utamanya itu harus rileks. Anak saya, Kamila 3 tahun 3 bulan malah dari awal naik sudah bisa tenang dan bisa mengikuti ritme kuda. Saat berkuda, ketika melewati jalan lurus atau mendaki, badan kami diminta agak condong ke depan dan kaki menginjak tapal kuda seperti biasa. Namun berbeda ketika melewati jalan menurun, kaki menginjak tapal kuda lalu diarahkan ke depan, sedangkan badan agak ndengak kebelakang. Katanya biar aman, begitu aturannya. Oke saya nurut aja pak, daripada kenapa-napa, hehe. Karena jalan pelan-pelan, dari parkiran sampe hampir puncak, menghabiskan waktu sekitar 30 menitan. Setelah Turun dari kuda, tantangan selanjutnya adalah menaiki tangga yang menjulang tinggi. "Duh, kuat ngga yaa?" mbatinku. Yeah akhirnya nyampe atas juga walau belum nyampe puncak sih, hehe Tadinya hampir nyoba menaiki tangga-tangga itu, udah tinggal 1/4 jalan lagi masa disia-siain ngga klihat kawah? pengen tahu keindahannya Bromo secara sempurna. Qodarullahnya pas mau naik, saya ketemu teman satu rombongan. "mba, jangan naik ke atas kalau bawa anak-anak, kasian asap belerangnya mengganggu pernafasan", ujarnya. Akhirnya kuurungkan keinginanku untuk mendaki sampai puncak, demi kebaikan si kecil. Dan benar adanya, setelah teman-teman lain yang mendaki turun, mereka cerita kalau asap belerangnya bikin batuk-batuk. Alhamdulillah, berarti keputusan kami sudah tepat. Hanya sekitar 20 menitan kami berada di atas, setelah itu naik kuda kembali dan menuruni jalan. Alhamdulillah perjalanan pulang kali ini lebih cepat daripada pas berangkat, karena diri ini jauh lebih tenang. Yess akhirnya aku bisa menaklukkan diri sendiri hehe. Sewaktu perjalanan pulang, tiba-tiba aku mendengar suara desisan pasir yang khas saat tertempa angin. Ternyata oh ternyata itu suara pasir yang saling bergesekan. Pantas saja, masyarakat di sini menyebutnya dengan pasir berbisik, unik yaa namanya. Tapi saya sarankan pas di sini kalian kudu pakai kacamata yaa temans, soalnya pasirnya pada bertebrangan masuk mata semua, hiks. Pas berangkat sih enggak, soalnya pasirnya masih basah kena guyuran hujan malamnya. Pasir berbisik atau Lautan Pasir ini tidak dimiliki oleh gunung berapi manapun kecuali hanya satu yaitu Gunung Bromo. Pemandangan yang mempesona di Gunung Bromo ini selain bisa melihat hamparan lautan pasir, juga terselip pemandangan lereng-lereng kalendra sebagai pembatas lautan pasir dengan hutan Gunung Bromo sebagai pelengkap keindahan di mata kita. Alhamdulillah petualangan ke Bromo berjalan dengan lancar, hal-hal yang tadinya saya cemaskan tidak terjadi hehe. Sebenarnya selain cuaca yang lagi dingin-dinginnya karena lagi musim hujan, hal lain yang bikin khawatir adalah lamanya perjalanan kesana karena kami menggunakan bus. "Duh, anakku betah ngga yaa di jalan, pp sekitar 16 jaman lebih ?!". Memang si, beberapa kali bayi saya sempat rewel, tiap berapa jam nangis mungkin dia ngga nyaman, walau saya sudah bawa car seat khusus bayi. Tapi yaa tetep saja dia bosen dan ngga betah karena lama di jalan. Coba kalau naik pesawat yaa, pasti akan lebih singkat jarak tempuhnya dan si kecil lebih nyaman hehe. Next time semoga bisa kesampaian traveling ke Malang pakai pesawat. Banyak banget obyek wisata yang belum kusambangi di sana. Kemarin baru Bromo, Jatim Park 1, BNS dan tempat buat beli oleh oleh. Mau nyari tiket pesawat ke Malang di Pegipegi ah, kata orang sih murah hehe. Secara traveling kan butuh budget yang tidak sedikit yaa, jadi harus pinter-pinter ngatur uang, yaa nggak?! Gampang banget pesen tiket di Pegipegi tuh. Tinggal buka web Pegipegi terus isi kolom-kolom seperti yang tertera pada gambar di atas. Tentukan kota asal, kota tujuan, tanggal pergi pulang dan jumlah orang yang ikut, lalu klik cari tiket, pilih mau pakai maskapai apa, berangkat jam berapa, terahir pesan tiket, selesai Gampang kan?! Semoga harapan saya ini bisa tercapai yaa temans. Teman-teman yang punya rencana traveling pake pesawat, boleh dicoba pake fasilitas ini yaa Nah sekian sobat cerita pengalaman saya berlibur bareng keluarga ke Gunung Bromo, semoga ada pelajaran yang bisa diambil yaa. Aamiin. Terahir ada sedikit quotes dari saya "bertafakur alam lah, maka kamu akan melihat betapa Allah itu maha besar dengan segala penciptaannya". Yuks ah ke Bromo, nikmati keindahannya Sampai jumpa lagi dicerita saya berikutnya yaa.. Wassalamu'alaikum . 328 227 417 451 412 278 180 496

cerita liburan ke gunung bromo